Jumat, 09 November 2012

SPR, Senapan Runduk Unggulan PT. Pindad

Sebelumnya mungkin kita hanya mengenal PT Pindad lewat Senapan Serbu varian SS dan panser Anoa-nya. Banyak produk PT Pindad lainnya yang merupakan produk unggulan jarang kita dengar di media massa. Khusus untuk senapan laras panjang, selain memproduksi senapan serbu varian SS, PT Pindad juga memproduksi senapan khusus untuk penembak jitu (sniper).

Adalah Se
napan Penembak Runduk (SPR) atau biasa juga disebut dengan senapan runduk saja yang dikhususkan untuk senapan sniper ini sudah diproduksi oleh PT Pindad sejak tahun 2007.

Ada tiga versi SPR:
SPR 1 (produksi 2007), kaliber 7,62 mm
SPR 2 (produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
SPR 3 (Produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
Ketiga senapan sniper itu sudah didesain menggunakan peluru yang bisa menembus lapis baja pada kendaraan tempur, seperti tank (dengan ketebalan lapis baja dan jarak tembak tertentu - Artileri).





Kemampuan SPR
SPR-1 yang berkaliber 7,62 mm dapat menembak efektif sampai jarak 700-900 meter. Pada jarak tembak 400-500 meter, amunisi SPR-1 ini bisa menembus baja dengan ketebalan 5 mm.

Sementara, SPR-2 dan SPR-3 akurasi tembaknya hingga jarak 1,5 km. Sebenarnya SPR-2 dan SPR-3 bisa menembak efektif meskipun target berada pada jarak 2 km. Namun karena keterbatasan scope (teropong) pada senapan ini, sehingga hanya efektif untuk jangkauan 1,5 km.

Untuk urusan daya tembak, SPR 2 yang berkaliber 12,7 mm x 108 ini, bisa menembus lapis baja tank dengan ketebalan 1 cm. SPR 3 lebih baik lagi, senapan runduk ini bisa menembus lapis baja hingga ketebalan 3 cm. Semua itu dapat dipastikan bila jarak tank ada 1 sampai 1,5 km." Cukup jauh.

Ketiga senapan penembak jitu ini sudah dilengkapi dengan peredam suara. Meski tidak secara signifikan menurunkan suara letusan senapan. Namun biasanya jarak aman seorang sniper di bawah radius 1 km. Oleh karena itu, sang sniper biasanya selalu mengambil posisi tembak dengan jarak 1-2 km. Untuk jarak sejauh itu, biasanya suara letusan peluru tidak terdengar lagi (oleh musuh).

Didesain Sendiri oleh PT Pindad
Senapan ini terilhami dari produk-produk senapan-senapan anti-tank yang sudah ada. Namun untuk SPR ini PT Pindad mendesain sendiri bentuknya dengan harga yang relatif murah. Walaupun pada sebagian sisi masih berdasarkan desain dari Black Arrow M93 dan NTW-20 produksi Afrika Selatan yang harganya berada di atas Rp1 miliar.

Produk senjata sejenis sudah ada. Misalnya Gepard M1/M2 (Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107 (Amerika, kaliber .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr IWS-2000 (Austria, kaliber .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis, kaliber .50), AI AS (Inggris, kaliber .50), dan NTW-20 (Afrika Selatan, kaliber 20 mm).

Kamis, 08 November 2012

Marder, Tank Angkut Personel Berdaya Gebuk Tinggi


Tank bersenjata pengangkut personel Marder yang dipergunakan AD Jerman. TNI AD juga akan diperkuat tank serupa. (military-today.com)

Bersamaan dengan pembelian 103 buah tank temput berat Leopard 2 dari varian Leopard 2A4 dan varian Leopard MBT Revolution, TNI AD juga mendapat jatah setidaknya 50 buah tank bersenjata pengangkut personel Marder, ya
ng juga buatan pabrikan Jerman, Rheinmetall.

Kalau dilihat dari riwayat hidupnya, Marder ini sebenarnya bukan produk yang anyar gres. Prototipe awalnya saja dirancang tahun 1960-an, dengan produksi perdana pada 1971, yang dilanjutkan dengan sejumlah varian pengembangan hingga tahun 1990-an. Bahkan saat ini sebagian Marder varian awal di Jerman sana sudah akan digantikan oleh generasi yang lebih baru yaitu Puma.

Meski begitu, kehadiran Marder di tanah air tetap akan mengubah kekuatan TNI AD. Soalnya boleh dibilang inilah kali pertama TNI AD mengoperasikan kendaraan tempur lapis baja pengangkut personel yang punya daya gebuk jauh lebih baik dari yang selama ini dimiliki. Memang, dari segi pengategorian, Marder ini tergolong apa yang diistilahkan di dunia militer Barat sebagai infantry fighting vehicle (IFV), yaitu kendaraan pengangkut personel infantri, namun dengan kemampuan tempur yang mencukupi untuk melakukan gempuran terbatas atau bela diri.

Salah satu ciri khas IFV seperti Marder adalah adanya kanon atau meriam berkaliber kecil, yang untuk Marder dari kaliber 20 mm Rheinmetall MK 20 Rh202. Kanon yang dipakai adalah dari jenis otomatis, artinya peluru tidak perlu diisikan satu demi satu. Peluru yang dipergunakan bisa dari berbagai jenis seperti amunisi konvensional, penembus baja serta high explosive (HE) alias berdaya ledak tinggi. Hal ini jelas tidak dimiliki oleh kendaraan angkut personel yang selama ini dioperasikan TNI AD yaitu AMX VCI serta Alvis Stormer, yang hanya dibekali senapan mesin berat kaliber 12,7 mm atau 7,62 mm.

Tank bersenjata pengangkut personel (infantry fighting vehicle) Marder dipajang di arena pameran produk pertahanan Indo Defence di JEC Kemayoran, Jakarta, Senin (5/11/2012). Di belakangnya terlihat tank tempur utama Leopard MBT Revolution. Kedua jenis tank ini menjadi kekuatan terbaru TNI AD. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Sebagai senjata tambahan, pada bagian kiri kubah kanon terpasang sejajar senapan mesin 7,62 mm. Kubah senjatanya busa diputar 360 derajat, sementara kanonnya bisa digerakkan vertikal dari -17 derajat hingga +65 derajat dengan kecepatan 40 derajat per detik. Sebagai tambahan peranti bela diri ada tujuh pelontar granat kaliber 76 mm untuk melontarkan granat asap.

Desain interior Marder tak banyak beda dengan kendaraan tempur asal Eropa sejenisnya. Pengemudi duduk di sisi kiri depan, sementara mesin berada di sebelah kanannya. Di bagian tengah terdapat tempat untuk dua awak di bawah kubah meriam, di mana komandan kendaraan duduk di kanan dan juru tembak di kiri. Di bagian belakang terdapat ruang pengangkut enam personel infantri yang duduk beradu punggung, bukan berhadapan.

Marder ditenagai mesin disel MTU MB Ea-500 enam silinder berpendingin cairan yang mampu menggelontorkan 600 tenaga kuda. Pada varian awal Marder, mesin ini mampu membuat kendaraan dipacu hingga 75 km per jam di jalan mulus. Namun pada varian berikutnya di mana sudah ada sejumlah modifikasi yang membuat bobot kendaraan bertambah signifikan hingga mencapai sekitar 35-an ton, kecepatan maksimalnya pun turun jadi sekitar 65 km per jam saja.

REVISI JET TEMPUR T-50, SANG RIVAL F-22 RAPTOR


India merevisi beberapa ketentuan dalam kesepakatan kerja sama dengan Rusia untuk membangun rival jet tempur fighter generasi ke-5 F-22/F-35 Amerika Serikat. India bersikukuh untuk membuat sendiri jet tempur siluman T-50 (atau PAK-FA) dalam jumlah yang lebih banyak, termasuk outfit, elektronik dan peralatan lainnya dari India atau dari Barat. Sebagai
 konsekuensi dari perubahan ini India hanya akan membeli jet tempur T-50s yang dibangun oleh Rusia dalam jumlah yang lebih sedikit.

Pesanan telah dipangkas dari 200 unit menjadi 144 unit. Rusia mengatakan T-50 akan mulai beroperasi pada tahun 2019, namun India bersedia untuk menundanya satu tahun atau lebih demi mendapatkan versi modifikasi "T-50i", yaitu T-50 dengan spesifikasi yang diinginkan India.

Awal tahun ini tadi terungkap bahwa proyek T-50 tertunda untuk waktu dua tahun. Akhirnya pesawat ini baru dapat ditargetkan untuk diproduksi secara massal pada 2019. Jelas India tidak menyukai hal ini. India telah berinvestasi setengah dari biaya pembangunan T-50 sebesar 6 miliar dolar AS dan India belum mendapat kepastian mengenai kapan T-50 akan diproduksi.

Penundaan dua tahun berarti biaya pembangunan juga meningkat dan pihak Rusia belum menginformaskan kepada India soal perubahan anggaran ini, inilah yang membuat India "uring-uringan". Selain itu, investasi India yang sebesar 6 miliar dolar AS hanya cukup untuk membuat dasar pesawat. Sedangkan, semua sistem avionik akan membutuhkan biaya ekstra, dan hingga kini India belum mengetahui berapa biayanya. Inilah alasan mengapa India sekarang memasok produk elektroniknya sendiri, suatu hal yang tidak disukai Rusia namun tidak dapat dicegah.

India awalnya berencana mengakuisisi 250 unit T-50 yang baru, dengan taksiran biaya sekitar 100 juta dolar per unit. Lalu jumlah tersebut turun menjadi 200 dan sekarng turun lagi menjadi 144. India memandang biaya program T-50 Rusia tak ubahnya sama dengan biaya program F-22 Raptor AS yang biaya pembangunannya menguras keuangan negara. 

Prototipe T-50 pertama kali terbang dua tahun lalu. Rusia dan India telah banyak "bermain-main" dalam mendesain T-50. Dikabarkan T-50 adalah pesawat siluman sekelas F-22, F-35 atau B-2, namun para analis masih mempertanyakan "kesilumanan" pesawat tempur ini. Tapi tampaknya para pakar Rusia memang lebih menekankan sisi manuver ketimbang fitur siluman untuk T-50.

Ada juga masalah di penyempurnaan mesin dan sistem defensif elektronik untuk T-50. Jelas ini sebuah kerugian besar untuk dapat mengimbangi F-22 atau F-35, yang mampu mendeteksi pesawat musuh dari jarak jauh, tanpa melihat, dan kemudian menembakkan rudal yang dipandu radar (seperti rudal AMRAAM). Sepertinya masalah ini yang menjadi penyebab utama penundaan untuk waktu dua tahun itu.

T-50 adalah pesawat pejuang (fighter) 34 ton yang lebih bermanuver daripada Su-27 33 ton dan variannya, dengan perangkat elektronik yang jauh lebih baik, dan berfitur siluman. T-50 dapat terbang di atas kecepatan suara. Biayanya juga 2 kali lipat lebih besar dari Su-27.

Rusia menjanjikan pesawat pejuang yang mampu berumur hingga 6.000 jam terbang dan mesin yang tetap prima untuk 4.000 jam terbang. Rusia menjanjikan avionik kelas dunia, ditambah kokpit pilot yang sangat ergonomis. Penggunaan banyak pendorong (thruster) dan fly-by-wire akan menjadikan T-50 lebih bermanuver daripada versi sebelumnya Sukhoi Su-30s (padahal Su-30 sudah sangat gesit).

Sebenarnya Rusia secara khusus tidak bermaksud menjadikan T-50 sebagai pesaing langsung dari F-22 atau F-35 karena pesawat Rusia ini tidak begitu stealthy (bersifat siluman). Tetapi jika manuver dan elektronik canggih telah diterapkan sesuai dengan janji-janji Rusia, maka pesawat ini akan menjadi raja dari seluruh jet tempur diluar sana kecuali F-22. Dan jika T-50 dijual di bawah harga 100 juta dolar, dipastikan akan laris manis bak kacang goreng.

Untuk saat ini, T-50 dan J-20/30 China layak disandingkan sebagai pesaing potensial dari F-22. Seperti halnya F-22 yang biaya pembangunannya membengkak, ini juga terjadi pada program T-50, setidaknya harga T-50 ada di kisaran 120 juta dolar, namun harga ini bila T-50 diproduksi hanya dibawah 500 unit. Rusia berharap untuk membangun seribu T-50 untuk Angkatan Bersenjatanya.

F-22 hanya dibangun sebanyak 187 unit karena biayanya yang terlalu tinggi. Pengembang industri pertahanan AS sekarang mengembangkan teknologi siluman lain selain jet tempur yaitu, pesawat tempur tak berawak (UAV). Jadi menurut analsis AS, ketika T-50 sudah memasuki layanan (digunakan), dalam 7-10 tahun kedepannya, T-50 akan dibuat menjadi pesawat "jadul" oleh sesuatu yang lebih murah, yaitu UAV fighter yang berteknologi siluman.

Jerman Bolehkan RI Upgrade Leopard Pakai Konten Lokal

Tank Leopard RI menjadi salah satu daya tarik pengunjung dalam pameran Indo Defence 2012 Expo & Forum di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, 7-10 November 2012. Satu buah kendaraan tempur jenis Main Battle Tank buatan Jerman ini pun terpampang di pelataran JIExpo bersama ke
ndaraan TNI tempur lainnya.

Pantauan VIVAnews, sejumlah pengunjung mengabadikan lewat kameranya, tank yang baru saja didatangkan ini. Dari sales promotion girls, mahasiswa, sampai anggota TNI antusias berpose di depan tank yang memiliki bobot 62 ton tersebut.

Tank berkecepatan maksimal 72 km/jam ini bisa membawa empat kru di dalamnya. Tank ini juga cocok berjalan di berbagai medan, baik aspal maupun tanah.

Tank kelas berat ini dilengkapi dengan persenjataan, seperti 1 x Rheinmetall 120 mm L55 smoothbore gun, 1 x coaxial 7.62 mm machine gun, dan 1 x 7.62 mm anti-aircraft machine gun.

Berdasarkan literatur pertahanan, Tank Leopard Revolution ini memiliki laras lebih pendek sekitar 1,3 meter dari Tank Leopard jenis terbaru 2A6. Namun, laras tersebut dapat dimodifikasi hingga menyerupai Tank Leopard 2A6.

Upgrade konten lokal

Kedatangan Tank Leopard RI ini tentu menambah kekuatan militer TNI, khususnya Angkatan Darat. Karenanya, Pemerintah Indonesia, melalui PT Pindad Persero akan segera mengupgradenya dengan konten-konten lokal.

Hal itu dipastikan setelah Kementerian Pertahanan RI menandatangani nota kesepakatan atau memorandum of understanding (MoU) dengan perusahaan Jerman yang memproduksi Tank Leopard Revolution ini, yakni Rheinmetall Landsysteme. Kemenhan dalam penandatanganan ini diwakilkan oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan, Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, sedangkan Rheinmetall diwakili oleh Managing Director, Harald Westermann.

Penandatanganan MoU dilakukan di sela-sela pameran Indo Defence hari kedua ini berlangsung. "Ini sebagai komitmen kita untuk melakukan alih teknologi bagi setiap alutsista yang dibeli dari luar negeri," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro usai menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama.

MoU antara Kemenhan dan Rheinmetall ini untuk menyepakati pembelian Tank Leopard, Tank Marder 1A3, dan sejumlah tank pendukung lainnya. Khusus Tank Leopard, pembelian tank kelas berat itu dikarenakan Indonesia masih berkutat pada Light Tank atau tank kelas ringan.

"Selama ini kita belum punya tank berat dan tank medium. Kita baru punya tank ringan," kata Purnomo.

Kesepakatan itu juga tak hanya soal pembelian, tetapi juga kerja sama untuk pemeliharaan Tank Leopard. Pemeliharaan itu pun dipercayakan ke PT Pindad, Bengkel Pusat TNI AD, dan Balitbang TNI AD.

Menurut Ediwan Prabowo, dengan adanya kesepakatan ini, PT Pindad akan mendapatkan workshop tentang pemeliharaan dan perbaikan Tank Leopard. Tak hanya itu, Rheinmetall juga memberi kesempatan PT Pindad untuk mengupgrade Tank Leopard dengan konten-konten lokal. Di antaranya plat baja, sepatu atau rantai roda Tank.

"Pihak Rheinmetall juga akan mempercayakan PT Pindad untuk improvisasi menggunakan konten lokal. Tentu sifatnya masih yang ringan-ringan. Ke depan semoga PT Pindad juga bisa membuat laras meriam Leopard," ujar dia.

Ediwan berharap, kontrak kerja sama dengan Rheinmetall bisa diselesaikan pada November 2012 ini. Hal itu bertujuan agar pada 2014 mendatang, semua Tank Leopard yang dipesan sudah ada di Indonesia.

Meski demikian, Ediwan tidak berbicara mengenai berapa jumlah persis Tank Leopard yang dipesan. Ia beralasan, Kemenhan dan Rheinmetall masih dalam tahap negosiasi.

"Yang jelas, TNI Angkatan Darat sebagai pengguna membutuhkan dua batalyon tank berat," katanya.

Selain dengan Rheinmetall, pada kesempatan ini Kemenhan juga menandatangani MoU dengan Avirbrus Industria Aerospacial Brazil. Kesepakatan dengan Avibrus ini terkait pembelian Multi Launcher Rocket System atau peluncur roket multilaras. Roket ini juga akan digunakan oleh TNI Angkatan Darat.

Seperti diketahui, Kemenhan menganggarkan US$280 juta untuk pembelian tank kelas berat dengan pengadaannya dilakukan bertahap dari 2012, 2013, hingga semester pertama 2014. (VivaNews)

Rabu, 07 November 2012

Leopard 2 Revolution ( aset baru TNI AD )

Leopard 2 Revolution adalah paket upgrade modular Leopard 2A4 yang ditawarkan oleh Reinmetall (Jerman). Tank ini pertama kali diperkenalkan pada 2010, dikenal juga dengan sebutan Leopard 2A4 Evolution. Leopard 2A4 merupakan versi Leopard 2 yang paling banyak penggunanya sehingga prospek pasar untuk proyek peningkatan kemampuan tank ini dianggap cukup cera
h.

Leopard 2 Revolution diperlengkapi khusus untuk menghadapi pertempuran di perkotaan dan konflik intensitas rendah, ini berbeda dengan pendahulunya, Leopard 2A4 yang lahir pada masa perang dingin dan dirancang untuk perang tank didataran terbuka.

Tank ini sudah dilengkapi dengan lapisan pelindung modular yang dapat memberikan perlindungan dari serangan RPG dan bom rakitan (IED), selain itu juga dilengkapi dengan pelindung ranjau. Lapisan pelindungnya yang modular dapat dengan mudah diganti dilapangan.
Leopard 2 Revolution memiliki berat 60 ton, lebih berat dibanding Leopard 2A4, yang seberat 57 ton.

Leopard 2 Revolution mempertahankan meriam L44 120mm milik Leopard 2A4, meriam tersebut dapat menggunakan seluruh munisi 120mm standar NATO. Total 42 buah munisi 120mm dapat dibawa, 15 buah disimpan didalam kubah dan siap untuk digunakan, sisanya disimpan didalam lambung tank. Selain itu tank ini juga dipersenjatai dengan senapan mesin kaliber 50 (12,7mm) yang dikendalikan melaui remote control, dan senapan mesin 7,62mm yang letaknya sejajar dengan meriam utama.

Sama seperti Leopard 2A4, tank ini memiliki 4 orang kru ( komandan tank, gunner, loader, dan driver ), dan ditenagai oleh mesin diesel MTU MB-837 Ka501 turbocharged dengan 1500 horsepower.

Selasa, 06 November 2012

Indonesia Bakal Miliki Frigate Inggris

London – Indonesia bakal memiliki tiga kapal perang canggih jenis multi role light Frigate dari Inggris. Dengan tambahan kapal ini, TNI kini memiliki alutsista yang bisa diandalkan untuk menjaga setiap jengkal wilayah NKRI dari ancaman musuh. Tiga Frigate itu dibeli Indonesia sebesar 20% dari harga jual.

“Inggris mendukung penuh upaya Indonesia menjaga keam

anan dan memperkuat pertahanan,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro kepada Investor Daily di London, Jumat (2/11).

Sehari sebelumnya, Menhan Indonesia dan koleganya Menhan Inggris Philip Hammond menandatangani nota kesepahaman bidang pertahanan di kediaman Perdana Menteri Inggris David Cameron di Downing Street No 10, London, Inggris.

Penandatanganan itu disaksikan oleh Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Nota kesepahaman itu merupakan sinyal semangat dan keinginan kedua pihak untuk mengembangkan kerja sama keamanan dan pertahanan di masa akan datang. Kerja sama Indonesia-Inggris telah dimulai sejak 1997 saat keduanya berjanji untuk mempererat kerja sama.

Kapal multi role light Frigate yang akan dibeli dari Inggris, kata Purnomo, awalnya hendak dibeli Brunei Darussalam. Namun, negara kecil itu kemudian membatalkan pembelian dengan alasan tidak terlalu dibutuhkan. “Kita beruntung bisa membeli Frigate itu karena harganya hanya 20% dari harga jual kepada Brunei,” kata Purnomo.

Minggu, 04 November 2012

"Selamat Datang Tank Leopard"

4 November 2012, Jakarta: Indonesia resmi menerima kedatangan dua unit main battle tank Leopard asal Jerman. “Keduanya tiba di Jakarta siang ini,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, ketika dihubungi oleh Tempo, Ahad, 4 November 2012.

Menurut Bambang, dua Leopard yang tiba melalui Pelabuhan Tanjung Priok ini adalah jenis Revo

lution atau yang disingkat Ri. “Didatangkan sebagai model untuk pameran Indodefense tanggal 8 November nanti,” kata dia.

Leopard Ri buatan pabrik Rheinmettal ini diproduksi khusus untuk Indonesia. “Hingga kini proses produksi masih berlangsung di sana,” kata Bambang. Untuk itu, tank berat ini akan dikirim secara bertahap sesuai dengan jumlah pesanan pemerintah Indonesia.

Harga Leopard Ri tersebut dibanderol US$ 1,7 juta per unit. Indonesia sendiri memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu per unit.

Sebelumnya, pembelian Leopard ini sempat menuai kecaman dari DPR. Tank berat ini dinilai tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Rencana pembelian Leopard ke Belanda pun gagal akibat penolakan parlemen setempat. Tim negosiasi pembelian alutsista ini kemudian mengalihkan pembelian ke Jerman sebagai produsen tank dengan bobot 63 ton ini.

Sumber: TEMPO