Dan sebagai bagian dari warga Negara Indonesia yang terpili
h, terdidik dan terlatih, seorang prajurit adalah dipersiapkan untuk berada dibarisan paling depan dalam mengawal dan menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia tercinta bersama komponen bangsa yang lain, dari berbagai bentuk ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.
Sehingga sekecil apapun tugas yang diemban bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan namun berorientasi pada kepentingan bangsa dan Negara yang harus dilakasanakan dengan penuh rasa tanggung-jawab hingga berhasil dan tuntas.
Seorang prajurit apapun tingkatannya, bukanlah seperti yang selama ini dipahami oleh sebagian masyarakat, yaitu sebagai sebuah robot bernyawa. Prajurit yang konotasinya sebagai seorang manusia yang dilatih, dididik, didoktrin dan dipersenjatai, semua kegiatan operasi yang dilaksanakan adalah untuk kepentingan bangsa dan Negara, dan pelaksanaan dilapangan berdasarkan dari jalur komando pimpinan atas yang sudah terencana dan terprogram.
Salah satu fakta membuktikan, berbagai kendala di lapangan harus dihadapi oleh Komandan Lanud (Danlanud) Palembang, Letkol PNB Adam Suharto dan Batalyon 462 Paskhas dalam upaya melaksanakan program kedepan menjadikan Lanud Palembang sebagai Pangkalan Utama penyangga keamanan ibukota Negara. Namun demikian, berbagai kendala yang muncul tersebut selalu dihadapi dengan kesabaran dan kejernihan pikiran untuk mendapatkan solusi penyelesaian secara aman, damai, tegas dan proporsional.
Seperti yang dilakukan oleh personel Paskhas, untuk menghibur masyarakat baik orang tua, dewasa maupun anak-anak yang tinggal di salah satu wilayah sengketa, selain melaksanakan tugas pengamanan asset, prajurit Paskhas 462 yang tergabung dalam kopel musik ketipung suling baret jingga asuhan Kapten PSK Wisnu Budi Santoso beraksi dengan mendendangkan lagu-lagu kesukaan warga dan beberapa personel juga sempat bercanda sembari bermain kelereng dengan anak-anak warga masyarakat setempat, Selasa (30/10).
Sehingga sekecil apapun tugas yang diemban bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan namun berorientasi pada kepentingan bangsa dan Negara yang harus dilakasanakan dengan penuh rasa tanggung-jawab hingga berhasil dan tuntas.
Seorang prajurit apapun tingkatannya, bukanlah seperti yang selama ini dipahami oleh sebagian masyarakat, yaitu sebagai sebuah robot bernyawa. Prajurit yang konotasinya sebagai seorang manusia yang dilatih, dididik, didoktrin dan dipersenjatai, semua kegiatan operasi yang dilaksanakan adalah untuk kepentingan bangsa dan Negara, dan pelaksanaan dilapangan berdasarkan dari jalur komando pimpinan atas yang sudah terencana dan terprogram.
Salah satu fakta membuktikan, berbagai kendala di lapangan harus dihadapi oleh Komandan Lanud (Danlanud) Palembang, Letkol PNB Adam Suharto dan Batalyon 462 Paskhas dalam upaya melaksanakan program kedepan menjadikan Lanud Palembang sebagai Pangkalan Utama penyangga keamanan ibukota Negara. Namun demikian, berbagai kendala yang muncul tersebut selalu dihadapi dengan kesabaran dan kejernihan pikiran untuk mendapatkan solusi penyelesaian secara aman, damai, tegas dan proporsional.
Seperti yang dilakukan oleh personel Paskhas, untuk menghibur masyarakat baik orang tua, dewasa maupun anak-anak yang tinggal di salah satu wilayah sengketa, selain melaksanakan tugas pengamanan asset, prajurit Paskhas 462 yang tergabung dalam kopel musik ketipung suling baret jingga asuhan Kapten PSK Wisnu Budi Santoso beraksi dengan mendendangkan lagu-lagu kesukaan warga dan beberapa personel juga sempat bercanda sembari bermain kelereng dengan anak-anak warga masyarakat setempat, Selasa (30/10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar