Jumat, 05 Oktober 2012

Tahukah Anda? "AMERIKA KALAH PERANG DI VIETNAM, KARENA INDONESIA"

Banyak orang tahu Amerika kalah perang di Vietnam. Tapi yang tidak banyak orang tidak tahu adalah, salah satu sebab Amerika kalah di Vietnam adalah Indonesia. Kok bisa? Simak sejarahnya.

Amerika adalah negara terkuat di dunia selama beberapa abad belakangan ini. Kuat di bidang ekonomi, kuat di bidang militer. Sekedar untuk menggam

barkan kekuatan militernya, kita bisa melihat dua fakta:
Pertama, penerimaan devisa nomor satu di Amerika adalah dari ekspor senjata, baru kemudian dari ekspor film.

Kedua, PENTAGON, Departemen Pertahanan Amerika Serikat adalah institusi pemegang hak cipta terbanyak di dunia. Kebanyakan penemuannya adalah di bidang persenjataan. Artinya, persenjataan Amerika sudah terbukti paling berkembang di dunia. Dua fakta ini menunjukkan betapa kuatnya Amerika. Akan tetapi dengan segala kekuatan ini, Amerika kalah di Vietnam. Setidaknya dari 2,7 juta orang Amerika yang bertugas dari Vietnam tercatat 58.159 orang tewas, 1.719 hilang, dan 303.635 orang luka-luka (wikipedia). Memang jumlah ini lebih sedikit dari jumlah orang Vietnam yang tewas, tapi hengkangnya Amerika dari wilayah Indo Cina tersebut jelas-jelas merupakan fakta sejarah bahwa Amerika kalah dalam perang Vietnam. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?

Tentara Amerika kalah dalam perang Vietnam karena tidak mampu menghadapi serangan gerilyawan Vietcong. Gerilyawan Vietcong sangat mengusai medan pertempuran di hutan-hutan. Mereka sangat menguasai teknik perang bergerilya. Lalu darimana gerilyawan Vietkong belajar perang gerilya yang hasilnya menang perang lawan Amerika? Disinilah hubungannya perang Vietnam dan Indonesia. Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi. Nasution adalah salah seorang dari 3 Jenderal Besar bintang 5 di Indonesia.

Vietcong tidak berpatokan pada Mao Tse Tung yang juga ahli perang gerilya karena kondisi alam dan masyarakatnya berbeda. Kondisi alam dan masyarakat yang paling mirip dengan Vietnam adalah Indonesia dan itu ada dalam buku karangan Nasution (Dr. Salim Said dan Saleh A Djamhari –sejarawan UI- mengatakan hal ini dalam beberapa seminar). Jadi tidak berlebihan kalau dikatakan, Amerika kalah perang (salah satunya) karena Indonesia.

Apa hikmahnya?
Tentu saja tulisan ini untuk membangga-banggakan sebuah perang dengan jutaan korban. Tetap saja perang adalah bencana, dan kita berdoa agar tidak terjadi lagi. Akan tetapi fakta di atas menunjukkan bahwa pemikiran seorang anak bangsa Indonesia bisa mempengaruhi peta dunia. Karena itu jangan ragu untuk berkarya dan menuangkan pikiran kita, karena pemikiran tidak mengenal batas tempat dan waktu. Fakta sejarah ini juga menunjukkan sekali lagi kekuatan sebuah tulisan atau sebuah buku.

Jutaan orang mungkin punya pengalaman perang gerilya, tapi akhirnya yang bisa menjadi referensi adalah yang menulis. Setelah kekalahannya di Vietnam, Amerika berusaha kembali menaikkan citra dan harga dirinya. Puluhan film-film bertemakan perang Vietnam seperti film Rambo dan film serinya “Tour of Duty”. bermunculan dengan sudut pandang Amerika menang melawan gerilyawan Vietnam. Belajar dari Vietnam, Amerika kini menghindari perang langsung kecuali didahului serangan udara bertubi-tubi.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari perang Vietnam?
Ya , kita bisa belajar bahwa kita tetap punya kesempatan untuk bangkit, kita tetap punya kesempatan untuk menang. Pertempuran kita saat ini bisa berwujud banyak bentuk. Saat ini kita bertempur secara ekonomi, budaya, politik, dsb. Jika kita tidak mempersiapkan diri dari sekarang, kita bisa terjajah secara ekonomi, budaya, politik, dsb. Jangan bersantai-santai, karena bangsa kita bisa jadi korban tergilas kemajuan zaman, karena tidak mampu mengejar persaingan.
Bangsa besar yang mungkin lebih harus kita cermati saat ini justru Cina. Saat ini Cina adalah kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika, setelah tahun ini melampaui Jepang. Dalam waktu tidak terlalu lama diduga Cina akan mampu melampaui Amerika. Kebijakan ekonomi Cina saat ini mengimpor begitu banyak gas alam dan batu bara dari Indonesia, bahkan mereka menumpuk-nya untuk cadangan energi. Negara Cina punya material tersebut di tanah mereka tetapi mereka memilih untuk mengimpor dari Indonesia.

Kenapa?
Lihat 10 - 20 tahun mendatang. Bisa jadi kita kehabisan batu bara dan gas alam (sekarang kita minyak bumi sudah mengimpor) dan ketika harga energi melambung tinggi mungkin kita justru mengimpor dari Cina dengan harga sangat mahal. Di bidang moneter (finansial) Cina juga sedang berbenah. Cina juga membeli berton-ton emas sebagai cadangan devisanya (Negara Cina sendiri percaya ke depan cadangan emas lebih kuat dari dollar Amerika). Langkah ini untuk memperkuat cadangan devisa dollar Amerika milik Cina yang bahkan jumlahnya lebih banyak dari milik Amerika sendiri.
Jika pemimpin negara kita tidak mencermati keadaan ini, maka masa depan bangsa cukup mengkhawatirkan. Kini saatnya kita sebagai individu berusaha menyelamatkan bangsa dimulai dari diri sendiri.Memulai dari diri sendiri dengan membangun keluarga yang kuat. Memulai dengan membangun keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi dengan spirit.

Minggu, 30 September 2012

SS 4 Senapan Battle Rifle Generasi Baru Buatan Pindad


Setelah memperkenalkan senapan serbu ringkas model bullpup SS 3 saat ini PT. PINDAD telah kembali memperkenalkan senapan perseorangan generasi baru yaitu SS 4. PT. PINDAD menjelaskan bahwa senapan perseoaranagan SS 4 ini merupakan senapan jenis battle rifle dengan jarak tembak efektif antara 300-600 meter. Berdasarkan pada aturan yang dipakai oleh PT. PINDAD terdapat pembagian produk senapan berdasarkan jarak tembaknya :

1. Senapan untuk riflemen dengan jarak tembak 100-300 meter.
2. Senapan untuk marksmen dengan jarak tembak 300-600 meter.
3. Senapan untuk sniper dengan jarak tembak 1000 meter.

Untuk senapan SS4 ini masih merupakan mock up dan SS 4 ini mengadopsi peluru dari jenis GPMG FN MAG 58 yaitu 7,62 x 51 mm. Senapan SS 4 ini dirancang dengan menggunakan method reverse engineering yang artinya senjata dibuat dari gabungan sejumalah produk persenjataan hasil kerjaan PT. PINDAD maupun non PINDAD. Misalnya saja rumah mekanik dan penutup diambil dari SS1. Kemudian bagian laras mengambil kepunyaan senapan penembak runduk (sniper) SPR1. Selain itu picantinny rail mengambil milik senapan FN SCAR. Namun begitu SS 4 tidak sepenuhnya berasal dari gabungan sejumlah komponen senjata , beberapa diantaranya merupakan rancangan baru, salah satunya adalah popor. Dengan popor ini dapat dilipat. Selain itu juga panjang popor juga bisa diatur sesuai dengan kondisi fisik penembak. Dalam pengoperasiannya setiap pucuk senapan SS 4 dilengkapi dengan magasine berkapasitas 15 butir peluru. Dari jumlah peluru ini akan mengingatkan kita dengan senapan mesin regu era Perang Dunia II Browning Automatic Rifle (BAR) kaliber 7,62 mm yang dibekali magasine berkapasitas 20 butir peluru.
Sampai saat ini Mabes TNI belum melansir rencana melengkapi satuan di tubuh TNI dengan senapan SS 4 . Akan tetapi secara garis besar kemunculan senapan ini bisa dijadikan sebagai salah satu barometer semangat pemerintah untuk memenuhi sendiri kebutuhan peralatan militernya.